Dadang Kurnia, Rabu 20 Feb 2019
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengungkapkan adanya perubahan model pendaftaran pada Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) tahun ini. Nasir mengatakan, pada tahun ini ada dua tes yang harus dilalui peserta SBMPTN, yakni tes potensi skolastik (TPS) dan tes kompetensi akademik (TKA).
Adapun, pada tahun sebelumnya, peserta SBMPTN pertama-tama mendaftar pada perguruan tinggi negeri (PTN) yang dituju. Selanjutnya, diberi tahu tempat tes dan mengikuti tes apakah computer based test (CBT) atau paper based test (PBT).
“Kebanyakan mereka tidak tahu dan masuk secara untung-untungan. Kedua, kalau sekolah fasilitasnya baik, pasti proses pembelajaran akan lebih baik dibanding anak yang fasilitasnya kurang,” kata Nasir di sela peresmian tujuh gedung di Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Rabu (20/2).
Padahal, secara kemampuan, bisa jadi anak yang di sekolah kurang baik punya kemampuan tinggi. Sementara, mereka yang di sekolahnya baik, belum tentu mempunyai kemampuan baik. Maka dari itu, tahun ini, ia melakukan dua model tes.
Pertama, tes potensi skolastik (TPS) menguji anak ketika kuliah selesai apa tidak karena tidak ingin anak drop out di tengah jalan. Tes kedua adalah tes kompetensi akademik (TKA). Tes itu untuk mengetahui anak tersebut cocok di bidang apa dengan nilai yang akan keluar lebih dulu.
Nasir mengungkapkan, pendaftaran SBMPTN akan dimulai pada Maret dan April dimulai dengan tes untuk mendaftar kuliah. “Misal, si anak punya nilai 98 berarti cocok untuk prodi A. Sedangkan, jika nilai 90 cocok untuk prodi B. Mahasiswa bisa menentukan sendiri sebelum memilih jurusan. Sehingga, sebaran anak lebih baik,” ujarnya.
Mengenai SNMPTN, Nasir mengklaim adanya peningkatan pada tahun ini. Nasir menjelaskan, SNMPTN diperpanjang karena tidak ingin siswa kehilangan kesempatan karena masalah pendaftaran.
Dia mencontohkan, di Surabaya ada yang melapor pada Kemenristekdikti karena satu SMA di bidang IPA tidak masuk karena sistem tidak terkoneksi. “Setelah dibuka bisa masuk. Sistem tidak salah, tapi cara membaca sistem ada yang salah,” katanya.
(Republika.co.id)