Aksi tidak terpuji dilakukan empat oknum anggota Brimob Polda Maluku Utara. Keempat personel yang melakukan pengamanan di lokasi tambang nikel PT Megah Surya Pertiwi (MSP) milik Harita Group itu diduga memberondong tembakan ke arah warga Desa Kawasi, Kecamatan Obi, Halmahera Selatan. Akibatnya, dua kakak beradik terkena luka tembak dan harus mendapatkan penanganan intensif.
Empat oknum personel tersebut adalah Brigpol WS alias Wid, Brigpol AB alias Al, Briptu FH alias Ami, dan Bharatu MS alias Udi. Keempatnya merupakan personel Brimob Polda Malut yang tengah melakukan pengamanan objek vital (Pam Obvit) di PT MSP. Joesnan Lessy, salah satu saksi mata mengungkapkan, kejadian tersebut bermula dari adanya pesta ronggeng yang digelar salah satu warga Kawasi Jumat (15/3) malam pukul 21.00 WIT. Di tengah acara, sekira pukul 2 dini hari, Sabtu (16/3), terjadi perselisihan antar sekelompok pemuda. Mereka sudah di bawah pengaruh minuman keras (miras).
Namun aksi perkelahian tersebut berhasil
diredam. Tak berselang lama, karena mengetahui ada kericuhan, empat oknum
anggota Brimob berseragam dan bersenjata lengkap mendatangi lokasi pesta.
Mereka lalu lanjut menuju rumah keluarga Lessy. Jarak rumah milik keluarga
Lessy dengan lokasi pesta hanya 100 meter. “Saat mereka datang itu saya dan
orang rumah lain ada di depan rumah, termasuk mama dan papa. Saya baru selesai
makan dan kami duduk di depan rumah karena mati lampu,” ungkap Joesnan yang
ditemui Malut Post di RSUD Labuha, Sabtu.
Melihat Joesnan dan keluarganya bergerombol di depan rumah, empat polisi
menyambangi rumah itu. Keempatnya lalu terlibat perbincangan dengan Joesnan.
Namun entah mengapa, salah satu polisi lalu mencekik leher Joesnan. “Terus yang
satu tendang dada saya sampai saya sulit bernapas. Saya tidak tahu nama yang
cekik dan tendang karena saat itu gelap mati lampu,” terangnya.
Joesnan mengatakan ia tak sempat memberikan perlawanan. Namun anggota keluarga
lain yang melihatnya diserang langsung ikut berdiri. “Saat itulah mereka lalu
mengokang senjata,” tutur anak keempat dari tujuh bersaudara itu.
Melihat senjata para aparat sudah dikokang, Joesnan dan keluarganya ketakutan dan mundur. Namun bukannya menurunkan senjata yang dibawa, keempat polisi justru membuang tembakan secara brutal ke arah keluarga Lessy. “Kami sekeluarga yang ada di depan rumah sekitar sembilan orang. Mereka langsung menengadahkan senjata ke arah kami dan main tembak. Tidak ada tembakan peringatan apa-apa. Kami pun berhamburan, tapi kakak dan adik saya terkena tembakan,” cerita Joesnan.
Dua orang yang terkena tembakan adalah dua saudara perempuan Joesnan, yaitu Mince Lessy (28), sang kakak, dan Melman Nan Lessy (19), si bungsu dalam keluarga. Mince yang merupakan karyawan PT MSP itu diduga terkena peluru tajam tepat di dengkul kaki kirinya. Dengkulnya pun berlubang ditembus peluru.
Sementara Melman mengalami luka serius di kedua kakinya akibat serpihan peluru yang ditembakkan. Melman yang duduk di bangku kelas 3 SMA Tunas Muda Kawasi dan saat ini tengah mengikuti ujian akhir terancam gagal melanjutkan ujiannya. “Ada lima kali tembakan. Di antara mereka (oknum polisi, Red) ada yang sudah mabuk. Jadi setelah menembak, mereka biasa saja, seperti tidak terjadi apa-apa. Justru kami yang langsung melarikan kakak dan adik saya di Puskesmas setempat, hingga akhirnya dibawa ke RSUD Labuha tadi pagi (Sabtu, Red),” cerita Joesnan.
Kedua korban didampingi Joesnan dan sejumlah
warga Kawasi tiba di RSUD Labuha sekitar pukul 12.30 WIT. Mereka harus
menyeberang dari Pulau Obi ke Pulau Bacan menggunakan speedboat
Kejadian itu tak hanya membuat dua saudaranya terluka, juga menimbulkan trauma
pada Joesnan sekeluarga. Karena itu, dia mendesak Kapolda Malut menyelesaikan
kasus tersebut dengan adil. “Harus adil, makanya kami minta agar keempat oknum
ini dipecat dari polisi,” tegasnya.
Kapolda Brigjen (Pol) Suroto dan Komandan Satuan Brimob Polda Malut Kombes
(Pol) Budi Satrijo saat dikonfirmasi masih memilih tutup mulut. Keduanya
meminta menunggu keterangan resmi kepolisian dalam konferensi pers yang
rencananya digelar hari ini.
Ke Komnas HAM
Sementara itu, Kapolres Halsel AKBP Agung Setyo yang menjenguk korban penembakan mengungkapkan kekesalannya terhadap keempat oknum anggota Brimob tersebut. Dia juga menyatakan permohonan maaf kepada pihak keluarga korban dan masyarakat Obi. “Yang terpenting adalah penanggulangan pengobatan korban dulu. Intinya, kami dari Polres maupun Polda bertanggungjawab penuh dari segi biaya pengobatan,” tuturnya.
Kapolres sendiri telah menerjunkan sejumlah anggota untuk mencari tahu kronologis kejadian dan pemicu penembakan. Sebab, lanjut dia, pesta ronggeng yang digelar tidak mengantongi izin kepolisian. “Informasi yang saya dapat, pesta ronggeng yang diselenggarakan belum ada pemberitahuan ke pihak Polsek,” akunya.
Dia meyakini, miras
menjadi pemicu insiden tersebut. Pihaknya pun berencana melakukan operas miras
dalam waktu dekat. “Jadi bhabinkantibmas, babinsa dan kepala desa memiliki
peran penting dalam menyikapi kondisi wilayah di sana,” ujarnya. Agung juga
meminta pihak keluarga korban dan warga setempat menyerahkan sepenuhnya
pengusutan kejadian tersebut ke kepolisian. “Siapa pun pelakunya, baik dari
oknum kepolisian, akan kita proses secara hukum,” sambungnya.
Menanggapi informasi tentang salah satu oknum Brimob yang berada dalam kondisi
mabuk saat penembakan, Kapolres mengaku belum mendapat laporan rinci.
“Laporan detail ke saya belum ada, dan menyangkut dengan prosedur
penembakan juga akan kita lihat apakah sudah sesuai dengan protap atau tidak.
Nanti kita lihat melalui pemeriksaan,” imbuhnya.
Pada kesempatan yang sama, anggota DPRD Halsel Nicolas Kurama yang juga
menjenguk korban meminta persoalan yang terjadi segera ditindaklanjuti Kapolda
Malut. “Kami mengutuk keras aksi dan tindakan dari oknum Brimob. Apalagi
berdasarkan informasi warga, bahwa dari mereka ada yang diduga mabuk,”
ungkap perwakilan daerah pemilihan Pulau Obi ini.
Jika usai pemeriksaan nanti sanksi yang diberikan kepada oknum polisi dinilai
tidak sepadan, Nicolas menegaskan bakal membawa persoalan ini ke Komnas HAM,
KontraS dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia. “Aksi penembakan ini sudah
jelas di luar protap dan SOP. Selain itu, penembakan ini juga telah
melanggar HAM. Tugas polisi adalah mengamankan dan mengayomi, bukan menembak
secara membabi buta,” tegas politikus Partai NasDem ini.
Nicolas berharap sebagai pimpinan Kapolda Malut bisa bersikap tegas. “Saya
sudah berkoordinasi dengan pihak keluarga, tuntutan mereka hanya satu yakni
keempat oknum Brimob itu dipecat,” tandasnya.
Aksi penembakan brutal itu juga memantik reaksi beragam pihak. Dewan Pimpinan
Cabang Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia (PERMAHI) Manado pun ikut angkat
bicara. Ketua DPC Agianto SC Dawowo yang juga putra Obi mengatakan pihaknya
sangat menyayangkan insiden tersebut. Polisi disebutnya menggunakan
kapasitasnya seperti kaum ekstremis yang dengan mudahnya menggunakan senjata di
luar ketentuan perundang-undangan. “Kami juga mengutuk keras tindakan
semena-mena dari oknum kepolisian yang kemudian telah mencederai citra
penegakan hukum di Indonesia,” katanya melalui rilis yang disampaikan ke Malut
Post.
PERMAHI Manado juga mendesak pemecatan terhadap oknum Brimob yang melakukan
penembakan. Juga tindak lanjut kasus tersebut sesuai prosedur hukum yang
berlaku. “Kami juga meminta adanya ganti rugi kepada pihak korban dengan
membiayai seluruh proses rehabilitasi dan proses pengobatan sampai pada
pemulihan korban,” pungkas Agianto.