Harita Nickel yang
terdiri dari PT Trimegah Bangun Persada, PT Gane Permai Sentosa dan PT Megah
Surya Pertiwi beroperasi di Pulau Obi Halmahera Selatan (Halsel), Maluku Utara
(Malut), menyiapkan penanaman ulang di area pertambangan.
Deputy Head Exrel dan CSR Harita Nickel,
Alexander Lieman mengatakan, salah satu tanggung jawab perusahaan tambang
jugalah untuk menimbun dan menanam ulang area bekas tambang bila sudah selesai.
“Komitmen Harita Nickel inipun juga sudah
jelas dilaksanakan dengan baik dimana dari 296.67 Ha yang sudah ditambang, 113
Ha masih aktif ditambang, 181.74 Ha sudah direklamasi kembali dan sisanya
sedang dalam proses penanaman,” katanya.
Sehingga, untuk menjaga kualitas dan
keberhasilan proyek reklamasi ini, Harita Nickel mempersiapkan area pembibitan
yang dikontrol dengan baik untuk memastikan dan menjaga keendemikan jenis
tanaman yang ditanam ulang dan juga ketahanan bibit saat sudah ditanam di alam
liar.
Selain itu, Harita Nickel menyebut, pihaknya
telah menyiapkan lahan seluas 80 hektar untuk membangun smelter baru dengan
menyiapkan investasi sebesar 650 juta dollar.
Bahkan, Smelter baru ini akan bisa memproses Ore
Nickel dengan kadar rendah yang selama ini tidak bisa dimanfaatkan oleh smelter
di Indonesia. Smelter baru ini akan menghasilkan Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) sebagai produk akhirnya.
Dia mengatakan, Management perusahaan sangat
berharap dengan datangnya investasi baru ini juga akan membawa pengembangan
bagi pembangunan daerah baik dalam bentuk pajak dan juga dalam bentuk resapan
tenaga kerja di daerah Malut dan diharapkan dengan adanya smelter baru ini akan
menciptakan kurang lebih 2.000 pekerjaan baru bagi masyarakat Indonesia.
“Kami di Harita memperkerjakan kurang lebih
sekitar 1.600 pekerja TKI di tambang, sekitar 2.000 pekerja TKI di Pabrik dan
sekitar 280 TKA dari China yang bekerja di Pabrik,” katanya.
Alexander mengakui kalau beberapa TKA yang ada
di Pabrik diperuntukan bukan hanya untuk operasional mesin, tapi juga untuk
melatih TKI dalam proses transfer teknologi.
Sebab, mesin dan teknologi dari China, pelatihan
dan transfer teknologi menjadi sebuah bagian penting dalam pekerjaan di Smelter
dan untuk memastikan proses ini berjalan dengan baik, Harita juga sudah pernah
mengirim 242 Tenaga Kerja Indonesia ke China untuk belajar disana untuk
beberapa bulan. Dari 242 Anak Bangsa ini, 177 adalah putra daerah, dimana
sisanya adalah siswa-siswa terbaik yang diambil dari Surabaya, Jakarta, Malang,
dan Ambon.
Harita Nickel juga tetap berkomitmen dalam
melakukan praktik-praktik penambangan yang baik dan bertanggung jawab. Dari
segi manajemen lingkungan, untuk memastikan implikasi pencemaran lingkungan
yang disebabkan oleh tercampurnya tanah pertambangan dan air hujan.
Sebab, Harita telah mempersiapkan Sediment Pond (Kolam sedimen) yang
bertugas untuk menjadi penyaring air sebelum masuk ke laut.
Sementara itu, Manager Mine Environment, Primus Priyanto memastikan kalau area
tambang itu mempunyai saluran penangkapan air yang terarah, agar bila hujan
datang, air yang tercampur dengan tanah bisa tersalur dengan baik ke sediment pond, disaring dahulu, baru
kemudian disalurkan ke laut.
“Sediment
Pond ini juga menetralisir unsur tanah yang terbawa air hujan, membiarkan
laut tetap biru,” ujarnya.