Sebuah kapal cargo MV. Nur Allya mengirimkan sinyal marabahaya di Perairan Laut Halmahera, Maluku Utara.
Kapal bendera Indonesia tersebut, kabarnya dari Pulau Sagea, Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara dengan tujuan Morosi, Sulawesi Tenggara.
Kapal itu pada 23 Agustus 2019 pukul 20.45 WIT, distress alert (sinyal marabahaya) dari MV. Nur Allya dan ditangkap oleh Satelit Cospas-Sarsat USA di koordinat 01°18’48.00″S / 128°38’24.00″T, dan telah diteruskan ke IDMCC (Indonesian Mission Control Centre) Basarnas Indonesia.
Atas sinyal marabahaya dari MV. Nur Allya tersebut, dilakukan upaya pencarian awal di koordinat distress oleh Basarnas Ternate, KUPP Obi serta TNI AL Ternate namun hingga hari Sabtu (24/08/2019) pukul 23.00 WIT belum ditemukan tanda-tanda keberadaan kapal.
Kepala Basarnas Ternate, Muhammad Arafah ketika dihubungi membenarkan adanya sinyal marabahaya dari kapal MV. Nur Allya.
“Informasi sinyal distress kapal MV Nur Allya dan kami sudah mengecek ke titik distress sinyal tetapi tidak menemukan keberadaan kapal MV. Nur Allya,” kata Muhammad Arafah, Minggu (25/08/2019).
Untuk hari ini katanya, kembali dilakukan upaya pencarian dengan menggunakan perahu karet atau Rigid Inflatble Boat (RIB) dengan membawa peralatan direction finder untuk mengecek kepastian posisi kapal yang memancarkan sinyal tersebut.
“Sinyal distress tersebut di sekitar perairan Obi (Kabupaten Halmahera Selatan),” kata Arafah.
“Untuk kapal yang digerakan melakukan pencarian yaitu RIB, kemudian kapal milik KUPP Obi, dari Bakamla yaitu KR. Ular Laut serta kapal pihak perusahaan PT. Gurita Lintas Samudra8,” kata Arafah lagi.
Muhammad Arafah menambahkan, hari ini pihaknya menemukan sinyal distress di sekitar Perairan Pulau Buru, Maluku karena itu Basarnas yang ada disana menggerakan RIB di Namlea untuk menuju lokasi sinyal dimaksud.