Jumlah terinfeksi virus corona SARS-CoV-2 – penyebab Covid-19 – terus bertambah di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Hingga Jumat (4/6/2020) sore, jumlah pasien Covid-19 yang dikonfirmasi di Indonesia adalah 29.521 kasus. 9.443 orang di antaranya telah sembuh dan ada 1.770 pasien yang meninggal karena penyakit ini. Dikatakan Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia ( IDI) dr. Daeng Mohammad Faqih, SH, MH, virus corona SARS-CoV-2 merupakan jenis virus baru yang masih terus dipelajari oleh para peneliti.
Karakteristiknya masih terus diamati hingga saat ini. Mulai dari gejala, sifat, cara penularan, hingga pengobatannya. Selalu ada perkembangan baru terkait virus corona ini. Perkembangan baru terkait virus corona SARS-CoV-2, disebut Daeng juga berpengaruh pada penanganan pasien Covid-19.
“Penanganan untuk (pasien) Covid-19, obat yang spesifik atau istilah kedokterannya drug of choice untuk membunuh virus (corona), memang belum ditemukan. Vaksinnya juga belum ditemukan,” tuturnya. “Karena pengobatan belum ditemukan, maka tindakan kita (tenaga medis) yang paling bijaksana adalah melakukan pencegahan supaya kita tidak tertular,” imbuh dia.
Dia berkata, ketika nanti era new normal atau kenormalan baru ditetapkan, semua orang harus tetap berhati-hati dalam melaksanakan protokol kesehatan. “Terutama sekali pada petugas kesehatan,” tegas Daeng.
Petugas kesehatan yang berada di garda terdepan penanganan Covid-19 termasuk kelompok paling rentan tertular virus corona SARS-CoV-2. Setiap hari petugas kesehatan melaksanakan tugas dan kewajibannya untuk merawat pasien.
Mengutip data dari China, Daeng mengatakan, empat persen dari jumlah kasus di awal pandemi adalah tenaga kesehatan yang tak bisa melakukan jaga jarak dan harus merawat pasien. Berbagai tindakan di rumah sakit memiliki risiko menimbulkan aerosol yang kemudian memungkinkan mudahnya terjangkit Covid-19.
Menurut Daeng, kejadian serupa sempat melanda Indonesia. Setelah diaudit secara cepat oleh IDI, sejawatnya yang meninggal itu memang kebanyakan di awal-awal karena kurang sadar dan kurang siap dengan alat pelindung diri (APD).
Berangkat dari kesadaran untuk membantu tim medis sebagai garda terdepan dalam penanganan Covid-19, sudah banyak instansi bahkan individu yang tergerak untuk menyumbangkan APD untuk tenaga medis terutama di bagian Indonesia yang sangat membutuhkan alat kesehatan dan APD.
Banyak dari perusahaan-perusahaan yang juga peduli terhadap hal ini, seperti contohnya perusahaan tambang di Maluku utara Harita Nickel yang sejak awal adanya pandemi ini terus menunjukan kepeduliannya.
Harita Nickel kembali memberikan dukungan kepada Pemerintah Daerah Maluku Utara dalam mencegah dan melawan penyebaran Covid-19. Kali ini, HARITA menyerahkan ribuan alat pelindung diri (APD) level satu dan dua, serta alat kesehatan pendukung untuk petugas medis di Malut melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan Siaga Darurat Bencana Non Alam Covid -19 Maluku Utara.
Dukungan dalam bentuk APD ini terdiri dari goggles (kacamata), hazmat suit (pakaian pelindung diri), dan juga masker. Harita juga memberikan peralatan kesehatan berupa Rapid test kit (paket peralatan tes cepat) dan thermogun (alat pengukur suhu tembak) serta hand sanitizer (cairan pembersih). Penyerahan APD dan alkes serta sanitizer kepada Pemerintah Provinsi dilakukan melalui Satgas Covid-19 Provinsi di Hotel Dafam, Ternate.
–
Sumber: Dunia Tambang